Jumat, 16 Januari 2015

KEARIFAN BUDAYA LOKAL ASLI LAMONGAN



MAKALAH
“ METODE PENYULUHAN PERTANIAN MELALUI KESENIAN KENTRUNG SUNAN DRAJAT ASLI LAMONGAN”
 
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH-SATU SYARAT MELULUSI MATA KULIYAH METODE PENYULUHAN PERTANIAN PROGRAM STUDY PENYULUH PETERNAKAN 
Oleh:
YUNI EKA PUSPITASARI
07.02.02.14.1824
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
STPP-MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah “ potret “ sebuah negeri yang memiliki potensi seni budaya yang sangat besar. Kebhinekaan, kemajemukan daerah, etnis, dan bahasa nusantara  yang membentang dari Aceh hingga Papua Barat menjadi bukti betapa beragamnya kultur masyarakat Indonesia.
Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan secara pesat di negara-negara maju telah membawa pengaruh yang besar bagi negara-negara yang sedang berkembang, khususnya di Indonesia. Industrialisasi sebagai pertumbuhan ekonomi yang terjadi melalui penerapan teknologi terhadap perkembangan industri dan modernisasi sebagai suatu proses umum yang menyangkut pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama dengan perkembangan sosial budaya. Proses perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi yang saling terkait dan saling menunjang itu secara lebih lanjut dan berangsur-angsur akan membawa peningkatan ke arah kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
 Tentu saja suatu perubahan akan membawa dampak bagi masyarakat yang mengalaminya baik dalam bidang sosial. Sebuah karya sastra bisa dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan dan dinikmati dikala senggang. Kebudayaan menjadi sesuatu yang ringan, menarik, menyenangkan, dan bisa mengendurkan pikiran. Karya sastra bisa juga dipandang sebagai sesuatu yang berharga dan mulia, yang hanya bisa dipahami dan dihayati bila telah dikaji dan direnungkan dengan sungguh-sungguh karena di dalamnya terdapat hakikat kebenaran, kebaikan, keindahan yang diungkapkan secara artistik. Menurut Horace (dalam Teeuw, 1984: 8), karya sastra itu ‘dulce et utile’, yang berarti sastra itu menyenangkan dan berguna bagi penikmatnya.
Dengan mengacu pada tiga paradigma peradaban menurut Alvin Toffler (1980), ranah sastra dapat dipilah ke dalam paradigma peradaban agraris, industrial, dan informasi. Sastra dalam peradaban agraris didominasi genre sastra lisan; sastra dalam peradaban industrial didominasi genre sastra tulis; dan sastra dalam peradaban informasi didominasi genre sastra elektronik. Berdasarkan hal ini objek penelitian sastra dapat diklasifikasikan ke dalam sastra elektronik, sastra tulis, dan sastra lisan.
Sastra lisan yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu, umumnya akan berbeda dengan yang lain. Bahkan dalam daerah yang bersangkutan terdapat kemungkinan tentang adanya versi. Hal ini tidak menjadi persoalan karena ciri khas dari sebuah karya sastra lisan adalah dengan adanya versi. Namun, hal yang menjadi perhatian kita adalah tentang keberadaan sastra lisan yang ada di daerah kita. Memang banyak peneliti yang telah mengkaji sastra lisan yang ada di Indonesia, tetapi masih banyak juga sastra lisan yang terlewatkan oleh peneliti.
Sastra lisan merupakan warisan budaya yang kita miliki. Sudah seharusnya kita sebagai bagian dari masyarakat untuk melestarikan agar jangan sampai semua itu luntur. Sastra lisan merupakan kajian yang menarik jika kita mampu menelusuri lebih dalam tentang sebuah sastra lisan. Banyak hal yang terkandung dalam sebuah sastra lisan, tidak hanya mencakup makna simbolik, fungsi, serta nilai tetapi juga dapat kita kaji aspek strukturnya sebagaimana struktur dalam sebuah karya sastra. Seperti halnya dengan sebuah karya sastra, sastra lisan dapat ditafsirkan sebagai langkah untuk memperoleh pesan, makna, dan fungsi.
Sastra lisan sebagai salah satu bentuk kebudayaan daerah, yang tumbuh dan terpelihara oleh masyarakat pendukungnya secara turun-temurun. Sastra lisan merupakan pencerminan situasi, kondisi, tata karma dan kepercayaan masyarakat pendukungnya. Selain itu sastra lisan merupakan salah satu bentuk folklore daerah memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan folklore daerah lainnya. Sastra lisan diwariskan dari mulut ke mulut. Jenis sastra lisan perlu didokumentasikan dan diinventarisasi secara cermat.
Di Indonesia terdapat  banyak sekali bermacam-macam kesenian terutama berasal dari daerah-daerah yang masing-masing konsepnya memiliki bentuk yang khas menunjukkan identitas kesenian tersebut berasal. Dalam hal ini salah satu daerah di pesisir utara Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan juga memiliki salah satu kesenian yang cukup terkenal dan khas pula yaitu Kesenian kentrung.
Pertunjukan Kentrung Sunan Drajat sangat diminati masyarakat, namun keberadaanya sekarang telah diambang kepunahan, dan  penonton Kentrung Sunan Drajat berasal dari kalangan menengah kebawah seperti PNS, Petani, sampai Buruh Tani dengan kisaran umur 30-60 tahun yang didominasi penonton laki-laki. Latar belakang penonton yang merupakan masyarakat yang mayoritas beragama Islam menjadikan Kentrung Sunan Drajat sebagai penggambaran nilai spiritual dari masyarakat Lamongan. Masyarakat menyaksikan kesenian Kentrung karena kesenian Kentrung memenuhi keinginan dan harapan masyarakat dalam hal isi atau content yang terkandung dalam kesenian yaitu cerita yang dibawakan, kemasan pertunjukan, nilai dalam pertunjukan, unsur lawakan yang membuat penonton tidak merasa bosan selama pertunjukan.
 Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya.
Namun di lain pihak, penggunaan kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan banyak membantu mempercepat sebuah proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak metode  penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu.
1.2  Rumusan Masalah
*      Bagaimana karateristik kesenian kentrung pada masyarakat Lamongan ?
*      Bagaimana tumbuh dan berkembangnya Kesenian Kentrung Di Lamongan ?
*      Apakah keterkaitan Kearifan Budaya Lokal dengan penyuluhan pertanian ?
*      Bagaimana strategi pendekatan penyuluhan pertanian  melalui Budaya Lokal ?
1.3  Tujuan & Manfaat
*      Mengenal budaya lokal untuk selalu dikenang dan dinikmati masyarakat tanpa adanya ancaman kepunahan akibat tergeser budaya barat
*      Untuk mengetahui karateristik kesenian kentrung di lamongan
*      Menambah wawasan mahasiswa agar mengerti tentang kearifan budaya lokal lamongan
*      Untuk mengetahui nilai-nilai dan fungsi yang terkandung dalam kesenian kentrung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kearifan Budaya Lokal Lamongan
A.    Kentrung Sunan Drajat
Modernisasi merupakan proses perubahan sosial ditandai dengan munculnya internet, bioskop, televisi dan media lainnya yang membuat turunnya minat dari penikmat kesenian tradisional. Sehingga kesenian tradisional sudah tidak ditemui di daerah  perkotaan dan makin terpinggirkan sampai daerah pedesaan dengan tingkat modernisasi yang belum terlalu besar. Fenomena tersebut juga terjadi pada kesenian di Kabupaten Lamongan, yaitu pada kesenian Kentrung yang mengalami kepunahan. Kesenian (Kentrung) hanya tinggal satu-satunya di Kabupaten Lamongan yaitu di Desa Solokuro dengan nama “Kentrung Sunan Drajad”. Jacob Sumardjo dalam bukunya Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia.
Kentrung adalah bentuk teater rakyat yang berupa cerita yang disampaikan secara lesan di depan sejumlah penonton oleh dalang kentrung. Nama lain untuk kentrung adalah Emprak, Opal, Apem, Puja Rasul, Seni Timplung (di Banyumas). Diduga muncul  pada zaman kesultanan demak (abad 16) dan berkembang diwilayah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kentrung hanya dipentaskan kalau ada upacara sunatan, tingkeban (tujuh bulan kehamilan), pengantin atau untuk ruwatan (tolak bala). Cerita yang dipentaskan disesuaikan dengan maksud upacara. Kasanah ceritanya diambil dari agama Islam, seperti lahirnya Nabi Musa, Nabi Jusuf, atau legenda rakyat seperti Jaka Tarub. (Sumardjo,1992: 40). Kentrung dibedakan dalam tiga jenis yaitu kentrung ontang-anting, underan dan gedrug. Kentrung ontang anting adalah hanya terdapat seorang pemain saja dalam  pertunjukan kentrung. Sedangkan kentrung underan terdiri dari banyak dalang yakni para  penabuh yang bergantian mendalang dan alat musik yang digunakan adalah terbang, kentrung  besar, ketipung kecil, genjring. Sementara kentrung  gedrug  menambahkan tari-tarian dalam  pertunjukannya dan alat yang dipergunakan adalah dua kendang besar dan seruling, dengan jumlah penari tiga orang.
Keunikan yang dimiliki Kentrung Sunan Drajad yaitu dari segi cerita dan intensitas  pertunjukan. Cerita yang dibawakan berbeda dengan Kentrung lainnya yaitu adanya  penuturan cerita Sunan Drajad dan Legenda Kabupaten Lamongan. Sementara jika dilihat dari segi intensitas pertunjukan, Kentrung Sunan Drajad masih sangat diminati masyarakat setempat. Agenda pementasan yang dilakukan dalam satu bulan yang mencapai lima kali untuk bulan-bulan biasa dan kurang lebih sepuluh kali untuk bulan dengan intensitas acara sunatan, perkawinan dan salamatan yang tinggi. Antusiasme masyarakat dalam hal apresiasi untuk menonton pertunjukan Kentrung Sunan Drajat masih sangat besar dipengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap hiburan Islami.
Kondisi sosial masyarakat yang terbuka terhadap teknologi dan informasi berimbas  pada nilai serta bentuk penyajian suatu kesenian. Kondisi sosial masyarakat yang terbuka terhadap teknologi dan informasi berimbas pada nilai serta bentuk penyajian suatu kesenian.  Namun kesenian Kentrung Sunan Drajad masih tetap mempertahankan keasliannya sampai saat ini. Kesenian Kentrung yang dibawakan oleh dalang kentrung menyuguhkan pengalaman religius dan pengalaman estetik dari naskah Babad dan Wali yang telah dituturkan secara turun temurun. Kentrung disuguhkan dalam bentuk dakwah yang diselingi dengan lelucuon atau banyolan dan interaksi langsung dengan penonton dalam upaya membangkitkan nilai spiritual dalam masyarakat yang mulai terkikis.
Pemaparan diatas maka perlu dilakukan penelitian yang berdasar pada teori Sosiologi Teater. Karena Sosiologi teater mempelajari hubungan yang terjadi diluar kesenian dan di dalam kesenian sebagai pendukung eksistensi dari suatu kesenian. Penelitian ini akan mengungkap  bagaimana keadaan sosial budaya dalam masyarakat dan kesenian Kentrung Sunan Drajat yang ditinjau dari Sosiologi Teater. Teater merepresentasikan suatu situasi sosial, pertemuan sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa ia merupakan kerangka sosial tertentu yang melibatkan para aktor sebagai bagian integral (Sahid, 2008:120). Keterkaitan teater dengan masyarakat sebagaimana diungkap diatas dapat dikatakan bahwa teater adalah fenomena sosial deangan bentuk pertalian antara teater dan kelompok pembentuknya, bagaimana interaksi di dalamnya dan penonton sebagai masyarakat pendukungnya.
B.    Fungsi Dan Nilai Kesenian Kentrung Bagi Masyarakat Lamongan.
Di setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional ini selalu membawakan sebuah misi yang ingin disampaikan kepada para penonton atau para pendengarnya. Dengan demikian sebagai seni pertunjukan, kesenian-kesenian tradisional selalu melihat atau menampilkan pesan atau nilai-nilai yang sesuai pada masanya. Apakah itu pesan-pesan yang bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya (Sujarno,dkk.2003:47).
Sebenarnya ada beberapa nilai tertentu yang terdapat disetiap pertunjukan kentrung. Secara garis besar nilai-nilai yang terkandung didalam seni pertunjukan kentrung dapat digunakan sebagai :
 (1) Sebagai media pendidikan
 (2) Sebagai media penerangan atau suatu wadah untuk menyampaikan kritik sosial
(3) Sebagi media hiburan para penonton, dan sebagai media pendidikan
Fungsinya yaitu harus mampu menyuguhkan nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui keahlian dalang tersebut. Dalang yang juga sebagai sosok sutradara mempertinjukn cerita secara kontekstual sesuai keadaan yang ada. Dalam hal ini pak Sumeh menyesuaikan dengan acara yang diadakan, seperti halnya undangan perkawinan.
 Pak sumeh menyuguhkan cerita kentrung bertemakan sosok lakon suami-istri. Disamping itu, nilai pendidikan juga dapat diambil dari penokohan para pelakunya, sebab disetiap cerita yang ditampilkan dalam sebuah seni pertunjukan kentrung selalu menonjolkan berbagai sifat-sifat baik ataupun yang buruk. Sebagai media penerangan atau wadah untuk menyampaikan kritik sosial, suatu fungsi kesenian untuk menyampaiakn pesan-pesan pembangunan disesuikan dengan topik yang diinginkan.
Bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa ini.
Sebagai media hiburan atau tontonan, yaitu fungsi yang biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuik mencar hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai.
Tingginya unsur hiburan atau tontonan, bahkan ditambahkan berbagai iringan musik selain iringan musik tradisional yang sudah pakem dalam seni kentrung ini. Misalnya pertunjukan kentrung diiringi musik dangdut. Melihat kondisi itu, bila dilihat dari fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan memang tidak salah. Oleh karena pada intinya penonton datang melihat seni pertunjukan tradisional adalah mencari hiburan, mencari kesenangan, menghilangkan stres dan menghilangkan kesediahan.
C. Banyolan-Banyolan Kentrung
*      Kentrung mempunyai be­berapa unsur yang ada di setiap pertunjukan yaitu:
  1. Dalang, adalah pemba­wa cerita yang sekaligus menjadi pengatur jalan ce­rita. Dalang Kentrung hampir sama dengan dalang wa­yang, kesamaan tersebut dalam hal mengubah karak­ter suara sesuai dengan la­kon yang sedang berdialog.
  2. Cerita, merupakan un­sur kedua dalam pertunjukan kentrung. Cerita yang biasa diangkat oleh dalang adalah cerita kerajaan, legenda, Wali, Nabi, dsb.
  3. Instrumen pengiring merupakan hal yang penting dalam membawakan sebuah cerita, karena dengan Instru­men masyarakat tertarik mendengarkan cerita.
*      Instrumen-instrumen po­kok dalam pertunjukan Ken­trung, antara lain:
  1. Kendhang Kentrung, adalah sebuah alat yang ber­fungsi sebagai pamurba ira­ma dan sebagai variasi lagu atau dengan kata lain bertu­gas mengatur irama dan ja­lannya sajian. Kendhang se­cara ukuran berbeda dengan kendhang Jawa, kendhang Kentrung biasanya berukur­an lebih panjang, Seringkah Dalang berperan ganda de­ngan memainkan kendhang.
  2. Terbang/Kempling/Rebana (frome drum), alat pe­mukul yang lahir dari Jawa Te­ngah ini dari kayu berbentuk bulat dan dibalut dengan kulit kambing, berfungsi sebagai variasi instrumen lagu.
  3. Bonang, tidak semua dalang kentrung mengguna­kannya, alat yang dibuat dari perunggu/kuningan/besi me­rupakan salah satu pelengkap alat instrumen gamelan Jawa. Fungsi aslinya adalah pamur­ba lagu (pembuka jalannya sajian) pada beberapa gendhing, bonang digunakan se­bagai penghias lagu dalam pertunjukan Kentrung.
  4. Panjak, adalah penabuh instrumen dalam pertunjukan Kentrung. Selain yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam pertunjukan Kentrung juga terdapat parikan. Parikan adalah sejenis pantun yang dilagukan atau dinyanyikan oleh dalang beserta panjaknya dengan iringan musik sederhana. Parikan juga memuat pesan-pesan moral terhadap masyarakat, Parikan juga memiliki kategori yaitu bagus, cacat dan jelek (Hutomo, 1993).
Contoh parikan Kentrung kategori bagus:
Tuku karet dhuwite ilang
Tak baleni sandhale keri
Yen kepepet aja sumelang
Wis disedhiyani kantor ko­perasi
(Beli karet uangnya hilang Ketika kuambil sandalku tertinggal  Kalau terdesak janganlah bimbang Sebab sudah disediakan kantor koprasi).(Hutomo,1993).
Contoh parikan kategori cacat:
Kembang terong abang
biru moblong-moblong,
sak iki wis Bebas ngomong,
tapi ojo clemang-clemong
(bunga terong berwarna merah biru mencorong, sekarang ini sudah bebas berbicara, tetapi jangan celometan).
Ijo ijo lak ijo ijo
Ijo-ijo godonge sawi
Paling enak duwe bojo
Lek bengi onok sing mijeti
(Hijau-hijau daunnya sawi, paling enak punya istri bila malam ada yang mijiti)
Banyolan Kentrung juga memiliki ciri banyolan, berguna untuk mengatasi rasa bosan pe­nonton. Bentuk banyolan ini bisa berupa kritikan tidak langsung sehingga menjadi lucu ataupun berupa kata erotis yang agak berbau porno. “Pemerintah dan masya­rakat diharapkan turun ta­ngan ikut menguri-uri kesenian rakyat yang hampir pu­nah ini,” ujar Pengamat Bu­daya Dari Universitas Jember (Unej) Prof Ayu Sutarto da­lam diasnatalis ke 10 Fa­kultas Ilmu Budaya (FIB) Uni­versitas Airlangga (Unair). Bahkan pemerintah harus secepatnya menginventarisasi kesenian daerah di Ja­tim seperti ludruk, ketoprak, sandur, terbang  jidor, jaranan, campursari, tandak bedes dan kentrung. Setelah itu segera dipatenkan agar ti­dak diakui negara lain seperti Reyog Ponorogo. Sementara peran masya­rakat dan pemerintah juga harus ikut bertanggung ja­wab tentang kelangsungan kesenian tersebut dengan ja­lan mencintai seni budaya sendiri. “Apresiasinya yang ha­rus mau nanggab jika ada hajatan acara-acara lainnya,” katanya.
2.2  Tumbuh dan Berkembangnya Kesenian Kentrung Di Lamongan
Kabupaten Lamongan Merupakan salah satu wilayah pesisir pantai utara. Kabupaten Lamongan sebelah utara ialah Laut Jawa, di sebelah timur Kabupaten Gresik, di sebelah barat Kabupaten Tuban dan Bojonegoro, dan di sebelah selatan Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Letaknya yang strategis, menjadikan kota ini termasuk salah satu daerah pintu masuk investasi di Provinsi Jawa Timur yang sering disebut sebagai wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan). Luas wilayah Kabupaten Lamongan adalah 1.812,80 Km² (176.111,89 Ha). Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 Mil dari permukaan laut. Wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar yang terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut. Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan sebagian besar ialah untuk pertanian, Sekitar 70% atau ± 128.000 Ha dari luas wilayahnya merupakan lahan pertanian. Adapun pembagian wilayah berdasarkan potensi dan kondisi, serta prioritas wilayah di Kabupaten Lamongan terdapat 4 sub Satuan Wilayah Pembangunan (SWP), dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Pembagian Satuan Wilayah Pembangunan
SWP
Nama Kecamatan
Keterangan
1.     
Lamongan (kota), Turi, Sukodadi, Tikung, Kalitengah, Mantup, Sugio, Karanggeneng, Sarirejo, dan Kembangbahu.

Daerah perdagangan, pemasaran, industry ringan/kerajinan rakyat, usaha pertanian sawah tambak, dan perkebunan

2.     
Babat, Sekaran, Maduran, Pucuk, Kedungpring, Bluluk, Sukorame, Ngimbang, Modo, dan Sambeng.

Daerah perdagangan, pemasaran, industry ringan dan menengah, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan.

3.     
Brondong, Paciran, Laren, dan Solokuro.

Daerah perikanan laut, tambak udang dan
garam, perkebunan, agrobisnis, dan pariwisata.
4.     
Deket, Glagah, dan Karang Binangun

Daerah pertanian dan perikanan sawah tambak dengan pemanfaatan bonorowo.
Kentrung sebuah kesenian asli Indonesia yang berasal dari pantai utara Jawa. Kesenian ini menyebar dari wilayah Semarang, Pati, Jepara, hingga Tuban - dimana kesenian ini dinamakan Kentrung Bate karena berasal dari desa Bate, Bangilan, Tuban. Kentrung Bate pertama kali dipopulerkan oleh Kiai Basiman di era zaman penjajahan dan masuk kedaerah Lamongan pesisir. Seni Kentrung diiringi alat musik berupa tabuh timlung (kenthung) dan terbang besar (rebana). Seni Kentrung sendiri syarat muatan ajaran kearifan lokal. Dalam pementasannya, seorang seniman menceritakan urutan pakem dengan rangkaian parikan dengan menyelipkan candaan - candaan yang lucu di tengah-tengah pakem walaupun tetap dengan parikan yang seolah dilakukan luar kepala. Parikan berirama ini dilantunkan dengan iringan dua buah rebana yang ditabuh sendiri. Beberapa lakon yang dipentaskan di antaranya Amat Muhammad, Angling darma, Joharmanik, Juharsah, Mursodo Maling, dan Jalak Mas. Berdasarkan pernyataan yang didapat dari situs forum budaya Kesenian Kentrung dianggap terancam punah karena gagal melakukan regenerasi.
 Sejumlah orang yang masih mampu memainkan kesenian ini dan kebanyakan sudah lanjut usia. Isyu yang kini ada di antara para pemain Seni Kentrung adalah permintaan agar pemerintah segera mendokumentasikan kesenian tradisi, termasuk kentrung bate, dengan harapan terdokumentasinya (tidak hilang) budaya dan kesenian asli daerah. Dokumentasi kentrung dianggap oleh pemainnya sangat penting. Anak-anak sekarang malu melakoni seni kentrung," kata Mbah Surati saat ditemui di rumahnya Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Tuban kepada detiksurabaya.com, Rabu (22/10/2008).
Mbah Rati, panggilan perempuan yang penglihatannya sudah buta ini mengaku kesulitan mencari pemain pengganti. Dalam perhelatan seni tradisional bernuansa magis, hanya dimainkan tiga personel. Dirinya pun selain dalang kentrung, juga merangkap sebagai penabuh kendang
. Sementara Mbah Setri dan Mbah Samijo, memegang perangkat irama, sekaligus bertindak sebagai penembang. Praktis tiga pelakon seni yang banyak ditanggap karena nadzar warga masyarakat itu berperan ganda. Sebagai penabuh gamelan dan pelantun syair-syair sarat pesan moral. Saat digelar perhelatan di rumah Mbah Rati, dalam rangka nadzar meminta turun hujan, puluhan warga Desa Bate, baik anak-anak dan orangtua memadati pelataran rumah papan sederhana tanpa plester. Mereka khusuk mengikuti irama tetabuhan kentrung, sekaligus menyimak bait demi bait syair yang dilantunkan. Bersamaan itu, 12 pelaku seni kontemporer dari Komunitas Soh dari Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, turut hadir mengikuti perhelatan di tepi tegalan kering.
 Mereka terlibat ikut meramu irama dengan rebana.
"Kita membantu Kentrung untuk persiapan festival Kesenian Pantai Utara yang akan digelar di Probolinggo minggu ini," kata Eko Kasmo dari Komunitas Soh saat di lokasi.Tak hanya Mbah Rati, Mbah Wiji, suami Mbah Rati juga mengaku kesulitan mencari penerus seni kentrung. "Anak cucu saya tidak ada yang mau menggantikan pemain kentrung. Mereka malu melakoni seni tradisional. Tapi mereka justru tak malu kalau disuruh nembang dangdut," kata Mbah Setri yang terhitung masih saudara sepupu Mbah Rati.
Seni kentrung adalah salah satu bentuk kesenian yang amat kental dengan dua dimensi, yakni dimensi artistik – estetik yang menjadi unsur utama dalam kontruksi kesenian itu sendiri dan unsur etis yang sarat dengan nilai-nilai moral. Setiap kesenian merupakan symbol-symbol estetis seperti:
- keanggunan
- keindahan
- kemerduan yang memberikan suasana menghibur bagi para penikmatnya.
Kentrung adalah suatu tontonan tradional, seni tutur atau lisan berupa cerita-cerita yang berisi pesan-pesan moral yang diiringi alat musik terbang atau rebana.
Cerita kentrung diambil dari Hikayat Para Nabi Islam, Hikayat Amir Hamzah atau babat tanah Jawa, dan Kentrung Kabupaten Bojonegoro merupakan pergeseran budaya dari Jawa Tengah.
2.3  Karateristik Sistem Bertani di Lamongan.
Mata pencaharian penduduk daerah Lamongan adalah sesuai dengan keadaan alam yang mereka tempati, namun pada umumnya penduduk Lamongan bermata pencaharian yang meliputi, pertanian, perdagangan, dan jasa. Pada sektor pertanian penduduk daerah  Lamongan bergantung pada kondisi geografis Lamongan. Daerah Lamongan bagian pesisir utara Lamongan yang merupakan daerah yang dekat dengan laut, membuat penduduk sekitar memilih untuk bermata pencaharian menjadi nelayan atau buruh nelayan. Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran adalah kecamatan yang berhadapan langsung dengan laut.
Pada wilayah dataran rendah, penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Hasil dari bertani tersebut biasanya sebagai penghasil padi, dan jagung. Selain sebagai petani sawah, pada dataran rendah yang keadaan geografisnya berupa rawa-rawa penduduk memilih untuk menjadi petani tambak yang merupakan daerah perikanan. Pada wilayah perbukitan masyarakat memilih bekerja menjadi petani di perkebunan dan ada juga yang memilih menjadi tukang batu atau pengerajin bata putih, mengingat bukit-bukit kapur yang biasanya dimanfaatkan untuk bahan material pada bangunan-bangunan baik rumah maupun gedung.
Sedangkan di wilayah tengah atau kota masyarakat yang bertani sangat jarang ditemui karena minimnya lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, wilayah ini sengaja lebih banyak difungsikan sebagai industry, perdagangan, kerajinan, agrobisnis dan pemasaran. Sebagian besar masyarakat di wilayah ini lebih banyak menjadi pegawai , pedagang, dan pengerajin. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh pedagang-pedagang makanan yang ingin menjajakan di wilayah ini karena keadaan masyarakatnya yang lebih modern serta konsumtif yang menginginkan segala kebutuhannya lebih praktis dan mudah didapat.
Secara keseluruhan sistem ekonomi yang berkembang di Lamongan cukup baik, secara bertahap Lamongan mencoba menggali potensi diberbagai sektor apapun. Masyarakat merintis sebuah mata pencaharian yang sesuai dengan kondisi sekitar lingkungan hidupnya. Seperti yang telah di jelaskan tentang keadaan ekonomi di Lamongan serta potensi yang dimiliki Lamongan sangat bervariasi. Dalam keadaan tertentu, di Lamongan terdapat wilayah yang terdiri dari masyarakat plural tepatnya di Kecamatan Lamongan (kota). Wilayah tersebut terletak di wilayah tengah Kabupaten Lamongan. Sebagai pusat kota, maka mata pencaharian masyarakat tersebut tidak sepenuhnya bergantung pada pemanfaatan alam yang mereka tempati, melainkan situasi dan kondisi kehidupan di wilayah tersebut yang dapat dimanfaatkan.
Dalam kemajemukan masyarakat tersebut maka mata pencaharian yang dipilih oleh setiap masyarakat juga berbeda. Masyarakat memilih mata pencaharian yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Bahwasannya mereka tidak akan memanfaatkan keadaan alam yang mereka tempati. Sehingga mereka memanfaat kondisi, dan peluang kerja yang ada. Masyarakat kota, adalah masyarakat plural yang bisa dikatakan sebagai masyarakat modern, masyarakat yang konsumtif, dan memiliki SDM yang bagus. Masyarakat di wilayah kota atau Lamongan Tengah mayoritas bermata pencaharian sebagai pegawai/karyawan dan pedagang, hal tersebut dikarenakan minimnya lahan pertanian dan ketatnya persaingan dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kabupaten Lamongan yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani karena lahan sawah atau pertanian yang luas. Petani di kabupaten Lamongan ini terkenla ulet dan gemar bekerja keras serta berhasil menghantarkan lamongan sebagai lumbung pangan Nasional dengan menyandang predikat penghasil penghasil beras terbesar nomor 2 di Jawa Timur. Pemkab lamongan juga telah menandatangani MOU pembangunan pasar induk beras dengan kadin jawa timur. Pasar induk besar yang akan dibangun di lamongan tersebut diharapkan dapat mendongkrak harga jual gabah menjadi lebih baik. Dalam mendukung sector pertanian, potensi pengairan dan kelancaran irigasi menjadi perhatian khusus.
Pengembangan potensi pertanian di wilayah lamongan bagian selatan dilakukan dengan normalitas waduk-waduk yang banyak tersebar didesa desa, juga telah dilakukan survey secara matang untuk pembangunan gerak kali lamongan ( lamongan barrage). Di kabupaten lamongan, total produksi pada tahun 2005 dengan luas panen sawah 126.267 hektar mencapai 719.309 ton.

BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
  3.1        Pengaruh Budaya Lokal Terhadap Sektor Pertanian Lamongan
Kebudayaan merupakan kebudayaan atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yang meliputi : pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor 1997). Pendapat umum sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat (Bakker 1984). Pola tingkah laku mantap : pikiran, perusaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama diwujudkan oleh simbul-simbul pada pencapaian tersendiri dari kelompok manusia yang universal (Kroeber & Klukhon 1950). Kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta “budayah”/”Bodhi “ yang berarti dengan akal, budaya dapat dipisahkan sebagai kasta majemuk budi dan daya yang berupa : cipta, rasa, karsa, karya, (Kuncoroningrat 1980). Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia :
1      Kebudayaan modern : kebudayaan modern biasanya berkembang dari daerah manca Negara datang di Indonesia merupakan budaya /kesenian import, budaya modern acting, penampilan, dan kemampuan meragakan diri di dasari sifat komersial. Budaya modern lebih mengesampingkan norma, gaya menjadi idola masyarakat dan merupakan target sasaran. Contoh : film, music jazz.
2      Kebudayaan tradisional : bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan mengutamakan norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat bimbingan. Dan petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan tradisional kurang mengutamakan komersial dan sering dilandasi oleh sifat kekeluargaan. Contoh : ketoprak, wayang orang, kentrung, keroncong, dan ludruk.
3      Budaya campuran : budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya modern dengan budaya tradisional yang berkembang dengan cara asimilasinataupun defuse. Kebudayaan campuran sudah memperhitungkan komersial tapi masih mengindahkan norma dan adat setempat. Contoh : dangdut, orkes gambus, campursari.
Penyuluh yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu petani, penyuluh harus memiliki ketrampilan yang professional, atau global agar penyuluh dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik maka perlu adanya pendekatan social-budaya yang dapat menjembatani proses penyuluhan. Tercapainya penyuluhan yang optimal, perlu adanya tenaga penyuluh yang professional dan dapat diandalkan di dalam proses penyampaian pesan. Kaidah-kaidah penyuluh :
1      Penyuluh dapat menunjukkan otonominya, dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan social-budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang digunakan dengan berbagai cara khususnya kesenian tradisional (kentrung). Hal ini bertujuan agar memudahkan petani menerima bahwa ada sesuatu inovasi ataupun informasi di bidang pertanian untuk meningkatkan produktifitas usaha tani.

3.2  METODE PENDEKATAN MELALUI BUDAYA & KEGIATAN KEBUDAYAAN KENTRUNG DENGAN PERAN SEORANG PENYULUH
Posisi dalam system social-budaya mempengaruhi ketepatan komunikasi penyuluh memiliki posisi berbeda dalam system social petani karena berasal dari luar system masyarakat. Penyuluh harus dapat membedakan konteks yang berbeda, komunikasi yang dilakukan dikalangan petani yang memiliki strata yang berbeda dalam masyarakat akan memiliki perbedaan dalam hal pilihan kata-kata, saluran dan jenis pesan yang ingin digunakan dalam komunikasi. Bisa di pastikan bahwa penyuluh yang dilakukan dalam konteks strata yang tinggi yang dalam masyarakat biasanya akan lebih formal di bandingkan dengan melakukan penyuluhan dengan strata social yang lebih rendah. Seorang penyuluh harus memahami konteks strata social sehingga mampu melakukan pendekatan penyuluhan yang paling tepat.
Seorang penyuluh bisa menyelipkan pesan-pesan/ materi penyuluhan didalamnya, misalnya :
*      Saat pertunjukan seni kentrung dimulai, saat itu banyak masyarakat yang mayoritas mata pencahariannya sebagai petani ataupun petani dan keluarganya berkumpul untuk melihat pementasan kentrung, maka dapat dimasukkan pesan penyuluhan didalamnya seperti ; system bertanam yang modern, pengenalan alat-alat penunjang pertanian, system pemasaran hasil pertanian dll. Namun semua itu kembali lagi dengan kebutuhan yang saat ini dibutuhkan petani setempat (real need).
*      Penyuluh bisa menciptakan lagu-lagu ataupun berupa bayolan yang berisikan tentang permasalahan pertanian dalam bahasa daerah setempat, sehingga para petani setempat menjadi tertarik dan tumbuh kemauan untuk sadar kemudian mencoba langsung.
*      Membuat naskah cerita yang berisikan cerita pertanian dipedesaan dengan menciptakan suasana seakan-akan berada disuatu desa, mengatur setting tempat dan alur yang pas dan tepat sehingga para penonton (petani) seolah-olah bisa terbawa dengan alur ceritanya pada saat pementasan kentrung.
*      Kebudayaan kesenian tradisional (kentrung) sangatlah penting untuk dilestarikan dan dipelajari karena itu dapat mebuat kita mengerti bagaimana jenis-jenis keanekaragaman Negara kita.
*      Kesenian (kentrung) sebagai media dan metode terapi kejiwaan, seorang penyuluh melalui seni kentrung diharapkan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi segala permasalahan yang dibutuhkan petani secara fisik maupun psikologis para petani.
*      Paguyupan karena jiwa pikiran atau (gameinsshafth of mind) terdiri atas orang-orang yang mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, mempunyai meskipun tidak mempunyai suatu hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan. Penyuluh harus mempunyai dan bisa menjalin kedekatan layaknya seperti saudara dengan petani walaupun tidak ada hubungann sedarah tapi mempunyai tujuan dan harapan yang sama.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, komunikasi menjadi sebuah factor penting yang menunjang tercapainya tujuan-tujuan penyuluhan. Disini, komunikasi turut untuk memiliki sebuah strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan tidak terjadi missunderstanding dalam sebuah proses penyuluhan ini. Setiap petani di suatu daerah pertanian memiliki karateristik yang berbeda-beda, khususnya petani daerah lamongan dalam bertani mereka menggunakan system kekerabatan sehingga tenaga kerjanya tidak terlalu diperhitungkan. Dengan begitu penyajian komunikasinya pun perlu disesuaikan dengan daerah masing-masing petani. Para petani yang masih berada di daerah pedesaan seperti lamongan yang terisolir tentunya lebih efektif jika diberikan penyuluhan denga metode pertunjukan kesenian lokal (kentrung), namun bisa juga menggunakan metode dialog dua arah serta pendekatan interpersonal. Terhadap korelasi positif yang dimiliki oleh penyuluh terhadap perilaku petani dalam mengelola sumber daya yang dimiliki berupa sawah tersebut.
Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi yang dalam hal ini, merupakan penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan dari kegiatan praktis. Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari “dalam” baik yang berupa “Kearifan Tradisional” maupun “Endegenuous Technology”. Hal ini penting, karena informasi yang berasal dari dalam, disamping sudah teruji oleh waktu, seringkali juga lebih sesuai dengan kondidi daerah tersebut. Ditinjau dari kondisi fisik, teknis, ekonomi, social-budaya, maupun kesesuaiannya dengan kebutuhan pengembangan komunikasi daerah tersebut. Dalam perkembangannya bahwa pengertian penyuluhan tidak sekedar diartikan sebagai kegitan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan juga pasif. Tetapi, penyuluhan itu adalah suatu proses aktif yang memerlukan interaksi dengan penyuluh ddan petani sehingga terbanggun proses perubahan periliaku “Behavior” yang merupakan perwujutan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Misalnya : pada penyuluhan penggunaan bio urine terhadap tanaman lombok , kegiatan penyuluhan tidak boleh hanya berhenti pada pemberian penerangan/penjelasan kepada petani, tetapi harus dilakukan terus-menerus dan rutin sampai petani itu mau menggunakan bio urine , bahkan ada yang secara mandiri mau berswadaya untuk membeli bio urine tersebut. Dari contoh penyuluhan penggunaan bio urine tadi, kegiatan penyuluhan tidak berhenti sampai tumbuhnya swadaya petani untuk menggunakan dan membeli bio urine, tetapi juga kesiapannya untuk menerima bio urine itu sebagai pengganti pupuk yang disuluhkan.
Perubahan perilaku yang terjadi/dilakukan oleh petani itu berlangsung melalui proses belajar. Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku itu bisa dilakukan melalui beragam cara seperti ; bujukan, pemberiaan hadiah dll. Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui proses pembelajaran biasanya lebih lambat, tetapi perubahannya relative lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali, manakala ada penggantinya. Lain halnya dengan perubahan perilaku yang terjadi karena bujuka atau pemaksaan, perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relative singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika pemaksaan itu dihentikan.
Gambar 1 : Proses Perubahan Perilaku
Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian itu sebagai pendidikan diluar sekolah yang ditunjukkan kepada petani dan keluarganya agar dapt bertani yang lebih baik, berusaha tani yang lebih menguntungkan, demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya (Wiriatmadja,1976;Totok Mardukanto dan Sri Sutarni,1981;Mardikanto,1993).
Dalam UU No.16 Tahun 2006, dirumuskan tentang pengertian penyuluhan pertanian adalah :
Proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Terkait dengan pemahaman tersebut, tujuan dari penyuluhan pertanian diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usaha (better business), dan perbaikan kehidupan petani  (better living).
Jika kita mengenang pemerintahan orde baru, dalam kegiatan penyuluhan pertanian lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul gurauan : dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa. Terhadap kenyataan seperti itu, Soewardi (1986) telah mengingat kepada semua insan penyuluhan kembali untuk menghayati makna penyuluhan sebagai proses pendidikan. Apabila hal seperti itu di terapkan pada petani khususnya petani daerah lamongan, secara jelas petani tidak akan mudah percaya dan bahkan tidak mau lagi mengikuti kemauan penyuluh yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani. (helping people to help themselves) bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia, hal ini merupakan falsafah penyuluhan pertanian.
BAB IV
PENUTUP
                  4.1        Kesimpulan
Factor-faktor social budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku menanggapi karateristik masyarakat, sebagaian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan secra turun-menurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun penyuluh menemukan suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi sector pertanian tapi bagi seorang penyuluh tidak mudah untuk mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya sebuah keyakinan yang melandasi sikap dan perilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga komuniti tersebut.
Untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap produksi pertanian ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para penyuluh pertanian di Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan keberhasilan pelayanan penyuluhan yang mereka terapkan bagi para petani . khususnya pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai pandangan, sikap, dan perilaku petani dalam konteks budaya masyarakat yang bersangkutan. Sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-srategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang di inginkan.
Penyuluh sebagai salah-satu orang yang terdekat dengan petani, mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan serta meningkatkan status ekonomi petani, khususnya kesejahteraan petani dan keluarganya di wilayah kerjanya. Seorang penyuluh harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesejahteraan petani, pelaku usaha, petani dan keluarganya. Seorang penyuluh juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar penyuluh dapat menjalankan dan menyampaikan pesannya berupa materi penyuluhan pertanian serta pelayanan penyuluhan dengan baik, hendaknya penyuluh melakukan beberapa pendekatan terutama dengan pendekatan melalui Budaya Lokal berupa Kesenian Tradisional (Kentrung) asli daerah Lamongan.
                        4.2  Saran
*               Penyuluh perlu mempelajari social-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi tingkat pengetahuan petani, struktur pemerintahan, adat-istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Lamongan.
*               Penyuluh harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan petani dengan selalu mengadakan sebuah komunikasi yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Hutomo, Saripan Sadi.1993.Cerita Kentrung Sarahwulan Di Tuban.Jakarta :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mardikanto, Totok.1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Mardikanto, Totok. 2009. System Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar