MAKALAH
“ METODE PENYULUHAN PERTANIAN MELALUI KESENIAN
KENTRUNG SUNAN DRAJAT ASLI LAMONGAN”
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH-SATU SYARAT MELULUSI
MATA KULIYAH METODE PENYULUHAN PERTANIAN PROGRAM STUDY PENYULUH PETERNAKAN
Oleh:
YUNI EKA PUSPITASARI
07.02.02.14.1824
KEMENTERIAN
PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN
PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
STPP-MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah “ potret “ sebuah negeri yang
memiliki potensi seni budaya yang sangat besar. Kebhinekaan, kemajemukan
daerah, etnis, dan bahasa nusantara yang
membentang dari Aceh hingga Papua Barat menjadi bukti betapa beragamnya kultur masyarakat
Indonesia.
Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan secara
pesat di negara-negara maju telah membawa pengaruh yang besar bagi
negara-negara yang sedang berkembang, khususnya di Indonesia. Industrialisasi sebagai pertumbuhan ekonomi yang terjadi
melalui penerapan teknologi terhadap perkembangan industri dan modernisasi
sebagai suatu proses umum yang menyangkut pertumbuhan ekonomi secara
bersama-sama dengan perkembangan sosial budaya. Proses perubahan sosial dan
pertumbuhan ekonomi yang saling terkait dan saling menunjang itu secara lebih
lanjut dan berangsur-angsur akan membawa peningkatan ke arah kesejahteraan
masyarakat yang bersangkutan.
Tentu saja suatu
perubahan akan membawa dampak bagi masyarakat yang mengalaminya baik dalam
bidang sosial. Sebuah karya sastra bisa dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan dan
dinikmati dikala senggang. Kebudayaan menjadi sesuatu yang ringan,
menarik, menyenangkan, dan bisa mengendurkan pikiran. Karya sastra bisa juga
dipandang sebagai sesuatu yang berharga dan mulia, yang hanya bisa dipahami dan
dihayati bila telah dikaji dan direnungkan dengan sungguh-sungguh karena di
dalamnya terdapat hakikat kebenaran, kebaikan, keindahan yang diungkapkan
secara artistik. Menurut Horace (dalam
Teeuw, 1984: 8), karya sastra itu ‘dulce
et utile’, yang berarti sastra itu menyenangkan dan berguna bagi
penikmatnya.
Dengan mengacu pada tiga paradigma peradaban menurut Alvin Toffler (1980), ranah sastra dapat
dipilah ke dalam paradigma peradaban agraris, industrial, dan informasi. Sastra
dalam peradaban agraris didominasi genre sastra lisan; sastra dalam peradaban
industrial didominasi genre sastra tulis; dan sastra dalam peradaban informasi
didominasi genre sastra elektronik. Berdasarkan hal ini objek penelitian sastra
dapat diklasifikasikan ke dalam sastra elektronik, sastra tulis, dan sastra
lisan.
Sastra lisan yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu, umumnya akan
berbeda dengan yang lain. Bahkan dalam daerah yang bersangkutan terdapat
kemungkinan tentang adanya versi. Hal ini tidak menjadi persoalan karena ciri
khas dari sebuah karya sastra lisan adalah dengan adanya versi. Namun, hal yang
menjadi perhatian kita adalah tentang keberadaan sastra lisan yang ada di
daerah kita. Memang banyak peneliti yang telah mengkaji sastra lisan yang ada
di Indonesia, tetapi masih banyak juga sastra lisan yang terlewatkan oleh
peneliti.
Sastra lisan
merupakan warisan budaya yang kita miliki. Sudah seharusnya kita sebagai bagian
dari masyarakat untuk melestarikan agar jangan sampai semua itu luntur. Sastra
lisan merupakan kajian yang menarik jika kita mampu menelusuri lebih dalam
tentang sebuah sastra lisan. Banyak hal yang terkandung dalam sebuah sastra
lisan, tidak hanya mencakup makna simbolik, fungsi, serta nilai tetapi juga
dapat kita kaji aspek strukturnya sebagaimana struktur dalam sebuah karya
sastra. Seperti halnya dengan sebuah karya sastra, sastra lisan dapat
ditafsirkan sebagai langkah untuk memperoleh pesan, makna, dan fungsi.
Sastra lisan sebagai salah satu bentuk kebudayaan daerah, yang tumbuh dan terpelihara
oleh masyarakat pendukungnya secara turun-temurun. Sastra lisan merupakan
pencerminan situasi, kondisi, tata karma dan kepercayaan masyarakat
pendukungnya. Selain itu sastra lisan merupakan salah satu bentuk folklore
daerah memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan folklore daerah
lainnya. Sastra lisan diwariskan dari mulut ke mulut. Jenis sastra lisan perlu
didokumentasikan dan diinventarisasi secara cermat.
Di Indonesia terdapat banyak sekali bermacam-macam kesenian
terutama berasal dari daerah-daerah yang masing-masing konsepnya memiliki
bentuk yang khas menunjukkan identitas kesenian tersebut berasal. Dalam hal ini
salah satu daerah di pesisir utara Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan
juga memiliki salah satu kesenian yang cukup terkenal dan khas pula yaitu
Kesenian kentrung.
Pertunjukan Kentrung Sunan Drajat sangat diminati
masyarakat,
namun keberadaanya sekarang telah diambang kepunahan, dan penonton Kentrung Sunan Drajat berasal dari kalangan menengah kebawah seperti PNS, Petani, sampai
Buruh Tani dengan kisaran umur 30-60 tahun yang didominasi penonton laki-laki.
Latar belakang penonton yang merupakan masyarakat yang mayoritas beragama Islam
menjadikan Kentrung Sunan Drajat sebagai penggambaran nilai spiritual dari
masyarakat Lamongan. Masyarakat menyaksikan kesenian
Kentrung karena kesenian Kentrung memenuhi keinginan dan harapan masyarakat
dalam hal isi atau content yang terkandung dalam kesenian yaitu cerita yang
dibawakan, kemasan pertunjukan, nilai dalam pertunjukan, unsur lawakan yang
membuat penonton tidak merasa bosan selama pertunjukan.
Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan
mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian
mendistribusikannya.
Namun di lain pihak, penggunaan kombinasi dari berbagai metode
penyuluhan akan banyak membantu mempercepat sebuah proses
perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak metode penyuluhan
yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri
individu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
karateristik kesenian kentrung pada masyarakat Lamongan ?
Bagaimana
tumbuh dan berkembangnya Kesenian Kentrung Di Lamongan ?
Apakah
keterkaitan Kearifan Budaya Lokal dengan penyuluhan pertanian ?
Bagaimana
strategi pendekatan penyuluhan pertanian
melalui Budaya Lokal ?
1.3 Tujuan & Manfaat
Mengenal
budaya lokal untuk selalu dikenang dan dinikmati masyarakat tanpa adanya
ancaman kepunahan akibat tergeser budaya barat
Untuk
mengetahui karateristik kesenian kentrung di lamongan
Menambah
wawasan mahasiswa agar mengerti tentang kearifan budaya lokal lamongan
Untuk
mengetahui nilai-nilai dan fungsi yang terkandung dalam kesenian kentrung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kearifan Budaya Lokal Lamongan
A.
Kentrung
Sunan Drajat
Modernisasi merupakan proses perubahan sosial ditandai dengan munculnya
internet, bioskop, televisi dan media lainnya yang membuat turunnya minat dari
penikmat kesenian tradisional. Sehingga kesenian tradisional sudah tidak
ditemui di daerah perkotaan dan makin terpinggirkan sampai daerah
pedesaan dengan tingkat modernisasi yang belum terlalu besar. Fenomena tersebut
juga terjadi pada kesenian di Kabupaten Lamongan, yaitu pada kesenian Kentrung
yang mengalami kepunahan. Kesenian (Kentrung)
hanya tinggal satu-satunya di Kabupaten Lamongan yaitu di Desa Solokuro dengan
nama “Kentrung Sunan Drajad”. Jacob
Sumardjo dalam bukunya Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama
Indonesia.
Kentrung adalah bentuk teater
rakyat yang berupa cerita yang disampaikan secara lesan di depan sejumlah
penonton oleh dalang kentrung. Nama lain untuk kentrung adalah Emprak, Opal,
Apem, Puja Rasul, Seni Timplung (di
Banyumas). Diduga muncul pada zaman kesultanan demak (abad 16) dan
berkembang diwilayah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kentrung hanya
dipentaskan kalau ada upacara sunatan, tingkeban (tujuh bulan kehamilan),
pengantin atau untuk ruwatan (tolak bala). Cerita yang dipentaskan disesuaikan dengan
maksud upacara. Kasanah ceritanya diambil dari agama Islam, seperti lahirnya
Nabi Musa, Nabi Jusuf, atau legenda rakyat seperti Jaka Tarub. (Sumardjo,1992: 40). Kentrung
dibedakan dalam tiga jenis yaitu kentrung ontang-anting, underan dan gedrug.
Kentrung ontang anting adalah hanya terdapat seorang pemain saja dalam
pertunjukan kentrung. Sedangkan kentrung underan terdiri dari banyak
dalang yakni para penabuh yang bergantian mendalang dan alat musik yang
digunakan adalah terbang, kentrung besar, ketipung kecil, genjring.
Sementara kentrung gedrug menambahkan tari-tarian dalam
pertunjukannya dan alat yang dipergunakan adalah dua kendang besar dan
seruling, dengan jumlah
penari tiga orang.
Keunikan yang dimiliki Kentrung Sunan Drajad yaitu dari segi
cerita dan intensitas pertunjukan. Cerita yang dibawakan berbeda dengan
Kentrung lainnya yaitu adanya penuturan cerita Sunan Drajad dan Legenda
Kabupaten Lamongan. Sementara jika dilihat dari segi intensitas pertunjukan,
Kentrung Sunan Drajad masih sangat diminati masyarakat setempat. Agenda
pementasan yang dilakukan dalam satu bulan yang mencapai lima kali untuk
bulan-bulan biasa dan
kurang lebih sepuluh kali untuk
bulan dengan
intensitas acara sunatan,
perkawinan dan salamatan yang tinggi. Antusiasme masyarakat dalam hal apresiasi untuk menonton pertunjukan Kentrung Sunan Drajat masih
sangat besar dipengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap hiburan Islami.
Kondisi sosial masyarakat yang terbuka terhadap teknologi
dan informasi berimbas pada nilai serta bentuk penyajian suatu kesenian.
Kondisi sosial masyarakat yang terbuka terhadap teknologi dan informasi
berimbas pada nilai serta bentuk penyajian suatu kesenian. Namun kesenian Kentrung Sunan Drajad masih tetap mempertahankan
keasliannya sampai saat ini. Kesenian Kentrung yang dibawakan oleh dalang
kentrung menyuguhkan pengalaman religius dan pengalaman estetik dari naskah
Babad dan Wali yang telah dituturkan secara turun temurun. Kentrung disuguhkan
dalam bentuk dakwah yang diselingi dengan lelucuon atau banyolan dan interaksi
langsung dengan penonton dalam upaya membangkitkan nilai spiritual dalam
masyarakat yang mulai terkikis.
Pemaparan diatas maka perlu dilakukan penelitian yang
berdasar pada teori Sosiologi Teater. Karena Sosiologi teater mempelajari
hubungan yang terjadi diluar kesenian dan di dalam kesenian sebagai pendukung
eksistensi dari suatu kesenian. Penelitian ini akan mengungkap bagaimana
keadaan sosial budaya dalam masyarakat dan kesenian Kentrung Sunan Drajat yang
ditinjau dari Sosiologi Teater. Teater merepresentasikan suatu situasi sosial,
pertemuan sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa ia merupakan kerangka sosial
tertentu yang melibatkan para aktor sebagai bagian integral (Sahid, 2008:120). Keterkaitan teater
dengan masyarakat sebagaimana diungkap diatas dapat dikatakan bahwa teater
adalah fenomena sosial deangan bentuk pertalian antara teater dan kelompok
pembentuknya, bagaimana interaksi di dalamnya dan penonton sebagai masyarakat
pendukungnya.
B.
Fungsi Dan Nilai Kesenian Kentrung Bagi Masyarakat
Lamongan.
Di setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian
tradisional ini selalu membawakan sebuah misi yang ingin disampaikan kepada
para penonton atau para pendengarnya. Dengan demikian sebagai seni pertunjukan,
kesenian-kesenian tradisional selalu melihat atau menampilkan pesan atau
nilai-nilai yang sesuai pada masanya. Apakah itu pesan-pesan yang bersifat
sosial, politik, moral dan sebagainya (Sujarno,dkk.2003:47).
Sebenarnya ada beberapa nilai tertentu yang terdapat
disetiap pertunjukan kentrung. Secara garis besar nilai-nilai yang terkandung
didalam seni pertunjukan kentrung dapat digunakan sebagai :
(1) Sebagai media pendidikan
(2) Sebagai media
penerangan atau suatu wadah untuk menyampaikan kritik sosial
(3) Sebagi media hiburan para penonton, dan sebagai media pendidikan
Fungsinya
yaitu harus mampu menyuguhkan nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui
keahlian dalang tersebut. Dalang yang juga sebagai sosok sutradara
mempertinjukn cerita secara kontekstual sesuai keadaan yang ada. Dalam hal ini
pak Sumeh menyesuaikan dengan acara yang diadakan, seperti halnya undangan
perkawinan.
Pak sumeh
menyuguhkan cerita kentrung bertemakan sosok lakon suami-istri. Disamping itu,
nilai pendidikan juga dapat
diambil dari penokohan
para pelakunya, sebab disetiap cerita yang ditampilkan dalam sebuah seni
pertunjukan kentrung selalu menonjolkan berbagai sifat-sifat baik ataupun yang
buruk. Sebagai media
penerangan atau wadah untuk menyampaikan kritik sosial, suatu fungsi kesenian
untuk menyampaiakn pesan-pesan pembangunan disesuikan dengan topik yang
diinginkan.
Bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung
banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa ini.
Sebagai media hiburan atau tontonan, yaitu fungsi yang biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuik mencar hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai.
Sebagai media hiburan atau tontonan, yaitu fungsi yang biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuik mencar hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai.
Tingginya unsur hiburan atau tontonan, bahkan ditambahkan berbagai iringan musik selain
iringan musik tradisional yang sudah pakem dalam seni kentrung ini. Misalnya
pertunjukan kentrung diiringi musik dangdut. Melihat kondisi itu, bila dilihat
dari fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan memang tidak
salah. Oleh karena pada intinya penonton datang melihat seni pertunjukan
tradisional adalah mencari hiburan, mencari kesenangan, menghilangkan stres dan
menghilangkan kesediahan.
C. Banyolan-Banyolan Kentrung
Kentrung mempunyai beberapa unsur yang ada di setiap
pertunjukan yaitu:
- Dalang, adalah pembawa cerita yang sekaligus menjadi pengatur jalan cerita. Dalang Kentrung hampir sama dengan dalang wayang, kesamaan tersebut dalam hal mengubah karakter suara sesuai dengan lakon yang sedang berdialog.
- Cerita, merupakan unsur kedua dalam pertunjukan kentrung. Cerita yang biasa diangkat oleh dalang adalah cerita kerajaan, legenda, Wali, Nabi, dsb.
- Instrumen pengiring merupakan hal yang penting dalam membawakan sebuah cerita, karena dengan Instrumen masyarakat tertarik mendengarkan cerita.
Instrumen-instrumen pokok dalam pertunjukan Kentrung,
antara lain:
- Kendhang Kentrung, adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pamurba irama dan sebagai variasi lagu atau dengan kata lain bertugas mengatur irama dan jalannya sajian. Kendhang secara ukuran berbeda dengan kendhang Jawa, kendhang Kentrung biasanya berukuran lebih panjang, Seringkah Dalang berperan ganda dengan memainkan kendhang.
- Terbang/Kempling/Rebana (frome drum), alat pemukul yang lahir dari Jawa Tengah ini dari kayu berbentuk bulat dan dibalut dengan kulit kambing, berfungsi sebagai variasi instrumen lagu.
- Bonang, tidak semua dalang kentrung menggunakannya, alat yang dibuat dari perunggu/kuningan/besi merupakan salah satu pelengkap alat instrumen gamelan Jawa. Fungsi aslinya adalah pamurba lagu (pembuka jalannya sajian) pada beberapa gendhing, bonang digunakan sebagai penghias lagu dalam pertunjukan Kentrung.
- Panjak, adalah penabuh instrumen dalam pertunjukan Kentrung. Selain yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam pertunjukan Kentrung juga terdapat parikan. Parikan adalah sejenis pantun yang dilagukan atau dinyanyikan oleh dalang beserta panjaknya dengan iringan musik sederhana. Parikan juga memuat pesan-pesan moral terhadap masyarakat, Parikan juga memiliki kategori yaitu bagus, cacat dan jelek (Hutomo, 1993).
Contoh parikan Kentrung kategori
bagus:
Tuku karet dhuwite ilang
Tak baleni sandhale keri
Yen kepepet aja sumelang
Wis disedhiyani kantor koperasi
Tak baleni sandhale keri
Yen kepepet aja sumelang
Wis disedhiyani kantor koperasi
(Beli karet
uangnya hilang Ketika kuambil sandalku tertinggal Kalau terdesak
janganlah bimbang Sebab sudah disediakan kantor koprasi).(Hutomo,1993).
Contoh parikan kategori cacat:
Kembang terong abang
biru moblong-moblong,
sak iki wis Bebas ngomong,
tapi ojo clemang-clemong
biru moblong-moblong,
sak iki wis Bebas ngomong,
tapi ojo clemang-clemong
(bunga terong berwarna merah biru mencorong, sekarang ini
sudah bebas berbicara, tetapi jangan celometan).
Ijo ijo lak ijo ijo
Ijo-ijo godonge sawi
Paling enak duwe bojo
Lek bengi onok sing mijeti
Ijo-ijo godonge sawi
Paling enak duwe bojo
Lek bengi onok sing mijeti
(Hijau-hijau daunnya sawi, paling enak punya istri bila
malam ada yang mijiti)
Banyolan Kentrung juga memiliki ciri banyolan, berguna untuk
mengatasi rasa bosan penonton. Bentuk banyolan ini bisa berupa kritikan tidak
langsung sehingga menjadi lucu ataupun berupa kata erotis yang agak berbau
porno. “Pemerintah dan
masyarakat diharapkan turun tangan ikut menguri-uri kesenian rakyat yang
hampir punah ini,” ujar Pengamat Budaya
Dari Universitas Jember (Unej) Prof
Ayu Sutarto dalam diasnatalis ke 10 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair). Bahkan pemerintah harus secepatnya menginventarisasi
kesenian daerah di Jatim seperti ludruk, ketoprak, sandur, terbang jidor, jaranan,
campursari, tandak bedes dan kentrung. Setelah itu segera dipatenkan agar tidak
diakui negara lain seperti Reyog Ponorogo. Sementara peran masyarakat dan pemerintah juga harus ikut
bertanggung jawab tentang kelangsungan kesenian tersebut dengan jalan
mencintai seni budaya sendiri. “Apresiasinya yang harus mau
nanggab jika ada hajatan acara-acara lainnya,” katanya.
2.2 Tumbuh dan Berkembangnya Kesenian
Kentrung Di Lamongan
Kabupaten Lamongan Merupakan salah satu wilayah pesisir
pantai utara. Kabupaten Lamongan sebelah utara ialah Laut Jawa, di sebelah
timur Kabupaten Gresik, di sebelah barat Kabupaten Tuban dan Bojonegoro, dan di
sebelah selatan Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Letaknya yang strategis,
menjadikan kota ini termasuk salah satu daerah pintu masuk investasi di
Provinsi Jawa Timur yang sering disebut sebagai wilayah Gerbang Kertosusila
(Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan). Luas wilayah Kabupaten
Lamongan adalah 1.812,80 Km² (176.111,89 Ha). Dengan panjang garis pantai
sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas
902,4 km2, apabila dihitung 12 Mil dari permukaan laut. Wilayah Kabupaten
Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar yang terdiri dari daratan rendah
dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan
ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas
100 meter di atas permukaan air laut. Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan
sebagian besar ialah untuk pertanian, Sekitar 70% atau ± 128.000 Ha dari luas
wilayahnya merupakan lahan pertanian. Adapun pembagian wilayah berdasarkan
potensi dan kondisi, serta prioritas wilayah di Kabupaten Lamongan terdapat 4
sub Satuan Wilayah Pembangunan (SWP), dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Pembagian Satuan
Wilayah Pembangunan
SWP
|
Nama Kecamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Lamongan (kota), Turi, Sukodadi, Tikung, Kalitengah,
Mantup, Sugio, Karanggeneng, Sarirejo, dan Kembangbahu.
|
Daerah perdagangan, pemasaran, industry ringan/kerajinan
rakyat, usaha pertanian sawah tambak, dan perkebunan
|
2.
|
Babat, Sekaran, Maduran, Pucuk, Kedungpring, Bluluk,
Sukorame, Ngimbang, Modo, dan Sambeng.
|
Daerah perdagangan, pemasaran, industry ringan dan
menengah, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan.
|
3.
|
Brondong, Paciran, Laren, dan Solokuro.
|
Daerah perikanan laut, tambak udang dan
garam, perkebunan, agrobisnis, dan pariwisata.
|
4.
|
Deket, Glagah, dan Karang Binangun
|
Daerah pertanian dan perikanan sawah tambak dengan
pemanfaatan bonorowo.
|
Kentrung sebuah kesenian asli Indonesia yang berasal
dari pantai utara Jawa. Kesenian ini menyebar dari wilayah Semarang, Pati, Jepara, hingga Tuban - dimana
kesenian ini dinamakan Kentrung Bate karena berasal
dari desa Bate, Bangilan,
Tuban.
Kentrung Bate
pertama kali dipopulerkan oleh Kiai Basiman di era zaman penjajahan dan masuk kedaerah Lamongan pesisir. Seni Kentrung
diiringi alat musik berupa tabuh timlung (kenthung) dan terbang besar (rebana). Seni Kentrung sendiri syarat muatan ajaran kearifan lokal. Dalam
pementasannya, seorang seniman menceritakan urutan pakem dengan rangkaian
parikan dengan menyelipkan candaan - candaan yang lucu di tengah-tengah pakem
walaupun tetap dengan parikan yang seolah
dilakukan luar kepala. Parikan berirama ini dilantunkan dengan iringan dua buah
rebana yang ditabuh sendiri. Beberapa lakon
yang dipentaskan di antaranya Amat Muhammad, Angling darma, Joharmanik, Juharsah, Mursodo Maling, dan Jalak Mas. Berdasarkan pernyataan yang didapat dari situs forum budaya
Kesenian Kentrung dianggap terancam punah karena gagal melakukan regenerasi.
Sejumlah orang
yang masih mampu memainkan kesenian ini dan kebanyakan sudah lanjut usia. Isyu
yang kini ada di antara para pemain Seni Kentrung adalah permintaan agar
pemerintah segera mendokumentasikan kesenian tradisi, termasuk kentrung bate,
dengan harapan terdokumentasinya (tidak
hilang) budaya dan kesenian asli daerah. Dokumentasi kentrung dianggap oleh
pemainnya sangat penting. Anak-anak
sekarang malu melakoni seni kentrung," kata Mbah Surati saat ditemui di
rumahnya Desa Bate, Kecamatan Bangilan, Tuban kepada detiksurabaya.com, Rabu
(22/10/2008).
Mbah Rati, panggilan perempuan yang penglihatannya sudah buta ini mengaku kesulitan mencari pemain pengganti. Dalam perhelatan seni tradisional bernuansa magis, hanya dimainkan tiga personel. Dirinya pun selain dalang kentrung, juga merangkap sebagai penabuh kendang. Sementara Mbah Setri dan Mbah Samijo, memegang perangkat irama, sekaligus bertindak sebagai penembang. Praktis tiga pelakon seni yang banyak ditanggap karena nadzar warga masyarakat itu berperan ganda. Sebagai penabuh gamelan dan pelantun syair-syair sarat pesan moral. Saat digelar perhelatan di rumah Mbah Rati, dalam rangka nadzar meminta turun hujan, puluhan warga Desa Bate, baik anak-anak dan orangtua memadati pelataran rumah papan sederhana tanpa plester. Mereka khusuk mengikuti irama tetabuhan kentrung, sekaligus menyimak bait demi bait syair yang dilantunkan. Bersamaan itu, 12 pelaku seni kontemporer dari Komunitas Soh dari Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, turut hadir mengikuti perhelatan di tepi tegalan kering.
Mbah Rati, panggilan perempuan yang penglihatannya sudah buta ini mengaku kesulitan mencari pemain pengganti. Dalam perhelatan seni tradisional bernuansa magis, hanya dimainkan tiga personel. Dirinya pun selain dalang kentrung, juga merangkap sebagai penabuh kendang. Sementara Mbah Setri dan Mbah Samijo, memegang perangkat irama, sekaligus bertindak sebagai penembang. Praktis tiga pelakon seni yang banyak ditanggap karena nadzar warga masyarakat itu berperan ganda. Sebagai penabuh gamelan dan pelantun syair-syair sarat pesan moral. Saat digelar perhelatan di rumah Mbah Rati, dalam rangka nadzar meminta turun hujan, puluhan warga Desa Bate, baik anak-anak dan orangtua memadati pelataran rumah papan sederhana tanpa plester. Mereka khusuk mengikuti irama tetabuhan kentrung, sekaligus menyimak bait demi bait syair yang dilantunkan. Bersamaan itu, 12 pelaku seni kontemporer dari Komunitas Soh dari Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, turut hadir mengikuti perhelatan di tepi tegalan kering.
Mereka terlibat ikut meramu irama dengan rebana.
"Kita membantu Kentrung untuk persiapan festival Kesenian Pantai Utara yang akan digelar di Probolinggo minggu ini," kata Eko Kasmo dari Komunitas Soh saat di lokasi.Tak hanya Mbah Rati, Mbah Wiji, suami Mbah Rati juga mengaku kesulitan mencari penerus seni kentrung. "Anak cucu saya tidak ada yang mau menggantikan pemain kentrung. Mereka malu melakoni seni tradisional. Tapi mereka justru tak malu kalau disuruh nembang dangdut," kata Mbah Setri yang terhitung masih saudara sepupu Mbah Rati.
"Kita membantu Kentrung untuk persiapan festival Kesenian Pantai Utara yang akan digelar di Probolinggo minggu ini," kata Eko Kasmo dari Komunitas Soh saat di lokasi.Tak hanya Mbah Rati, Mbah Wiji, suami Mbah Rati juga mengaku kesulitan mencari penerus seni kentrung. "Anak cucu saya tidak ada yang mau menggantikan pemain kentrung. Mereka malu melakoni seni tradisional. Tapi mereka justru tak malu kalau disuruh nembang dangdut," kata Mbah Setri yang terhitung masih saudara sepupu Mbah Rati.
Seni kentrung adalah salah satu bentuk kesenian yang amat kental dengan dua dimensi,
yakni dimensi artistik – estetik yang menjadi unsur utama dalam kontruksi
kesenian itu sendiri dan unsur etis yang sarat dengan nilai-nilai moral. Setiap kesenian merupakan symbol-symbol
estetis seperti:
- keanggunan
- keindahan
- kemerduan yang memberikan suasana
menghibur bagi para penikmatnya.
Kentrung adalah suatu tontonan
tradional, seni tutur atau lisan berupa cerita-cerita yang berisi pesan-pesan
moral yang diiringi alat musik terbang atau rebana.
Cerita kentrung diambil dari Hikayat Para Nabi Islam, Hikayat Amir Hamzah atau babat
tanah Jawa, dan Kentrung Kabupaten Bojonegoro merupakan pergeseran budaya dari
Jawa Tengah.
2.3
Karateristik
Sistem Bertani di Lamongan.
Mata pencaharian penduduk daerah Lamongan adalah sesuai
dengan keadaan alam yang mereka tempati, namun pada umumnya penduduk Lamongan
bermata pencaharian yang meliputi, pertanian, perdagangan, dan jasa. Pada
sektor pertanian penduduk daerah
Lamongan bergantung pada kondisi geografis Lamongan. Daerah Lamongan
bagian pesisir utara Lamongan yang merupakan daerah yang dekat dengan laut,
membuat penduduk sekitar memilih untuk bermata pencaharian menjadi nelayan atau
buruh nelayan. Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran adalah kecamatan yang
berhadapan langsung dengan laut.
Pada wilayah dataran rendah, penduduk bermata pencaharian
sebagai petani. Hasil dari bertani tersebut biasanya sebagai penghasil padi,
dan jagung. Selain sebagai petani sawah, pada dataran rendah yang keadaan
geografisnya berupa rawa-rawa penduduk memilih untuk menjadi petani tambak yang
merupakan daerah perikanan. Pada wilayah perbukitan masyarakat memilih bekerja
menjadi petani di perkebunan dan ada juga yang memilih menjadi tukang batu atau
pengerajin bata putih, mengingat bukit-bukit kapur yang biasanya dimanfaatkan
untuk bahan material pada bangunan-bangunan baik rumah maupun gedung.
Sedangkan di wilayah tengah atau kota masyarakat yang
bertani sangat jarang ditemui karena minimnya lahan pertanian yang dapat
dimanfaatkan. Berdasarkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, wilayah ini
sengaja lebih banyak difungsikan sebagai industry, perdagangan, kerajinan,
agrobisnis dan pemasaran. Sebagian besar masyarakat di wilayah ini lebih banyak
menjadi pegawai , pedagang, dan pengerajin. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh
pedagang-pedagang makanan yang ingin menjajakan di wilayah ini karena keadaan
masyarakatnya yang lebih modern serta konsumtif yang menginginkan segala
kebutuhannya lebih praktis dan mudah didapat.
Secara keseluruhan sistem ekonomi yang berkembang di
Lamongan cukup baik, secara bertahap Lamongan mencoba menggali potensi
diberbagai sektor apapun. Masyarakat merintis sebuah mata pencaharian yang
sesuai dengan kondisi sekitar lingkungan hidupnya. Seperti yang telah di
jelaskan tentang keadaan ekonomi di Lamongan serta potensi yang dimiliki
Lamongan sangat bervariasi. Dalam keadaan tertentu, di Lamongan terdapat wilayah
yang terdiri dari masyarakat plural tepatnya di Kecamatan Lamongan (kota).
Wilayah tersebut terletak di wilayah tengah Kabupaten Lamongan. Sebagai pusat
kota, maka mata pencaharian masyarakat tersebut tidak sepenuhnya bergantung
pada pemanfaatan alam yang mereka tempati, melainkan situasi dan kondisi
kehidupan di wilayah tersebut yang dapat dimanfaatkan.
Dalam kemajemukan
masyarakat tersebut maka mata pencaharian yang dipilih oleh setiap masyarakat
juga berbeda. Masyarakat memilih mata pencaharian yang sesuai dengan kemampuan
yang mereka miliki. Bahwasannya mereka tidak akan memanfaatkan keadaan alam
yang mereka tempati. Sehingga mereka memanfaat kondisi, dan peluang kerja yang
ada. Masyarakat kota, adalah masyarakat plural yang bisa dikatakan sebagai masyarakat
modern, masyarakat yang konsumtif, dan memiliki SDM yang bagus. Masyarakat di
wilayah kota atau Lamongan Tengah mayoritas bermata pencaharian sebagai
pegawai/karyawan dan pedagang, hal tersebut dikarenakan minimnya lahan
pertanian dan ketatnya persaingan dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Kabupaten Lamongan yang sebagian
besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani karena lahan sawah atau pertanian
yang luas. Petani di kabupaten Lamongan ini terkenla ulet dan gemar bekerja keras
serta berhasil menghantarkan lamongan sebagai lumbung pangan Nasional dengan
menyandang predikat penghasil penghasil beras terbesar nomor 2 di Jawa Timur.
Pemkab lamongan juga telah menandatangani MOU pembangunan pasar induk beras
dengan kadin jawa timur. Pasar induk besar yang akan dibangun di lamongan
tersebut diharapkan dapat mendongkrak harga jual gabah menjadi lebih baik.
Dalam mendukung sector pertanian, potensi pengairan dan kelancaran irigasi
menjadi perhatian khusus.
Pengembangan potensi pertanian di
wilayah lamongan bagian selatan dilakukan dengan normalitas waduk-waduk yang
banyak tersebar didesa desa, juga telah dilakukan survey secara matang untuk
pembangunan gerak kali lamongan ( lamongan barrage). Di kabupaten lamongan,
total produksi pada tahun 2005 dengan luas panen sawah 126.267 hektar mencapai
719.309 ton.
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh
Budaya Lokal Terhadap Sektor Pertanian Lamongan
Kebudayaan merupakan kebudayaan
atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yang meliputi : pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat yang diperoleh dari anggota
masyarakat (Taylor 1997). Pendapat
umum sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat (Bakker 1984). Pola tingkah laku mantap :
pikiran, perusaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama diwujudkan oleh
simbul-simbul pada pencapaian tersendiri dari kelompok manusia yang universal (Kroeber & Klukhon 1950). Kebudayaan
berasal dari bahasa sanskerta “budayah”/”Bodhi
“ yang berarti dengan akal, budaya dapat dipisahkan sebagai kasta majemuk budi
dan daya yang berupa : cipta, rasa, karsa, karya, (Kuncoroningrat 1980). Jenis-jenis kebudayaan di Indonesia :
1
Kebudayaan
modern : kebudayaan modern biasanya berkembang dari daerah manca Negara datang
di Indonesia merupakan budaya /kesenian import, budaya modern acting,
penampilan, dan kemampuan meragakan diri di dasari sifat komersial. Budaya
modern lebih mengesampingkan norma, gaya menjadi idola masyarakat dan merupakan
target sasaran. Contoh : film, music jazz.
2
Kebudayaan
tradisional : bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan
mengutamakan norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat bimbingan. Dan
petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan tradisional kurang mengutamakan
komersial dan sering dilandasi oleh sifat kekeluargaan. Contoh : ketoprak,
wayang orang, kentrung, keroncong, dan ludruk.
3
Budaya
campuran : budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya modern
dengan budaya tradisional yang berkembang dengan cara asimilasinataupun defuse.
Kebudayaan campuran sudah memperhitungkan komersial tapi masih mengindahkan
norma dan adat setempat. Contoh : dangdut, orkes gambus, campursari.
Penyuluh yang optimal dalam
meningkatkan dan mempertahankan mutu petani, penyuluh harus memiliki
ketrampilan yang professional, atau global agar penyuluh dapat menjalankan
peran fungsinya dengan baik maka perlu adanya pendekatan social-budaya yang
dapat menjembatani proses penyuluhan. Tercapainya penyuluhan yang optimal,
perlu adanya tenaga penyuluh yang professional dan dapat diandalkan di dalam
proses penyampaian pesan. Kaidah-kaidah penyuluh :
1
Penyuluh
dapat menunjukkan otonominya, dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan
social-budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang digunakan dengan
berbagai cara khususnya kesenian tradisional (kentrung). Hal ini bertujuan agar memudahkan petani menerima bahwa
ada sesuatu inovasi ataupun informasi di bidang pertanian untuk meningkatkan
produktifitas usaha tani.
3.2 METODE PENDEKATAN MELALUI BUDAYA
& KEGIATAN KEBUDAYAAN KENTRUNG DENGAN PERAN SEORANG PENYULUH
Posisi dalam system social-budaya
mempengaruhi ketepatan komunikasi penyuluh memiliki posisi berbeda dalam system
social petani karena berasal dari luar system masyarakat. Penyuluh harus dapat
membedakan konteks yang berbeda, komunikasi yang dilakukan dikalangan petani
yang memiliki strata yang berbeda dalam masyarakat akan memiliki perbedaan
dalam hal pilihan kata-kata, saluran dan jenis pesan yang ingin digunakan dalam
komunikasi. Bisa di pastikan bahwa penyuluh yang dilakukan dalam konteks strata
yang tinggi yang dalam masyarakat biasanya akan lebih formal di bandingkan dengan
melakukan penyuluhan dengan strata social yang lebih rendah. Seorang penyuluh
harus memahami konteks strata social sehingga mampu melakukan pendekatan
penyuluhan yang paling tepat.
Seorang penyuluh bisa menyelipkan
pesan-pesan/ materi penyuluhan didalamnya, misalnya :
Saat
pertunjukan seni kentrung dimulai, saat itu banyak masyarakat yang mayoritas
mata pencahariannya sebagai petani ataupun petani dan keluarganya berkumpul
untuk melihat pementasan kentrung, maka dapat dimasukkan pesan penyuluhan didalamnya
seperti ; system bertanam yang modern, pengenalan alat-alat penunjang
pertanian, system pemasaran hasil pertanian dll. Namun semua itu kembali lagi
dengan kebutuhan yang saat ini dibutuhkan petani setempat (real need).
Penyuluh
bisa menciptakan lagu-lagu ataupun berupa bayolan yang berisikan tentang
permasalahan pertanian dalam bahasa daerah setempat, sehingga para petani
setempat menjadi tertarik dan tumbuh kemauan untuk sadar kemudian mencoba
langsung.
Membuat
naskah cerita yang berisikan cerita pertanian dipedesaan dengan menciptakan
suasana seakan-akan berada disuatu desa, mengatur setting tempat dan alur yang
pas dan tepat sehingga para penonton (petani)
seolah-olah bisa terbawa dengan alur ceritanya pada saat pementasan kentrung.
Kebudayaan
kesenian tradisional (kentrung)
sangatlah penting untuk dilestarikan dan dipelajari karena itu dapat mebuat
kita mengerti bagaimana jenis-jenis keanekaragaman Negara kita.
Kesenian
(kentrung) sebagai media dan metode
terapi kejiwaan, seorang penyuluh melalui seni kentrung diharapkan akan
memberikan dampak positif dalam mengatasi segala permasalahan yang dibutuhkan
petani secara fisik maupun psikologis para petani.
Paguyupan
karena jiwa pikiran atau (gameinsshafth
of mind) terdiri atas orang-orang yang mempunyai jiwa dan pikiran yang
sama, mempunyai meskipun tidak mempunyai suatu hubungan darah atau tempat
tinggalnya tidak berdekatan. Penyuluh harus mempunyai dan bisa menjalin
kedekatan layaknya seperti saudara dengan petani walaupun tidak ada hubungann
sedarah tapi mempunyai tujuan dan harapan yang sama.
Dalam kegiatan penyuluhan
pertanian, komunikasi menjadi sebuah factor penting yang menunjang tercapainya
tujuan-tujuan penyuluhan. Disini, komunikasi turut untuk memiliki sebuah
strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan
tidak terjadi missunderstanding dalam
sebuah proses penyuluhan ini. Setiap petani di suatu daerah pertanian memiliki
karateristik yang berbeda-beda, khususnya petani daerah lamongan dalam bertani
mereka menggunakan system kekerabatan sehingga tenaga kerjanya tidak terlalu
diperhitungkan. Dengan begitu penyajian komunikasinya pun perlu disesuaikan
dengan daerah masing-masing petani. Para petani yang masih berada di daerah
pedesaan seperti lamongan yang terisolir tentunya lebih efektif jika diberikan
penyuluhan denga metode pertunjukan kesenian lokal (kentrung), namun bisa juga menggunakan metode dialog dua arah serta
pendekatan interpersonal. Terhadap korelasi positif yang dimiliki oleh penyuluh
terhadap perilaku petani dalam mengelola sumber daya yang dimiliki berupa sawah
tersebut.
Penyuluhan dapat diartikan sebagai
proses penyebarluasan informasi yang dalam hal ini, merupakan penyebarluasan
informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan dari
kegiatan praktis. Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari “dalam” baik yang berupa “Kearifan Tradisional” maupun “Endegenuous Technology”. Hal ini
penting, karena informasi yang berasal dari dalam, disamping sudah teruji oleh
waktu, seringkali juga lebih sesuai dengan kondidi daerah tersebut. Ditinjau
dari kondisi fisik, teknis, ekonomi, social-budaya, maupun kesesuaiannya dengan
kebutuhan pengembangan komunikasi daerah tersebut. Dalam perkembangannya bahwa
pengertian penyuluhan tidak sekedar diartikan sebagai kegitan penerangan, yang
bersifat searah (one way) dan juga
pasif. Tetapi, penyuluhan itu adalah suatu proses aktif yang memerlukan
interaksi dengan penyuluh ddan petani sehingga terbanggun proses perubahan
periliaku “Behavior” yang merupakan
perwujutan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Misalnya : pada penyuluhan
penggunaan bio urine terhadap tanaman lombok , kegiatan penyuluhan tidak boleh
hanya berhenti pada pemberian penerangan/penjelasan kepada petani, tetapi harus
dilakukan terus-menerus dan rutin sampai petani itu mau menggunakan bio urine ,
bahkan ada yang secara mandiri mau berswadaya untuk membeli bio urine tersebut.
Dari contoh penyuluhan penggunaan bio urine tadi, kegiatan penyuluhan tidak
berhenti sampai tumbuhnya swadaya petani untuk menggunakan dan membeli bio
urine, tetapi juga kesiapannya untuk menerima bio urine itu sebagai pengganti
pupuk yang disuluhkan.
Perubahan perilaku yang
terjadi/dilakukan oleh petani itu berlangsung melalui proses belajar. Hal ini penting
untuk dipahami, karena perubahan perilaku itu bisa dilakukan melalui beragam
cara seperti ; bujukan, pemberiaan hadiah dll. Berbeda dengan perubahan
perilaku yang dilakukan bukan melalui proses pembelajaran biasanya lebih
lambat, tetapi perubahannya relative lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru
akan meluntur kembali, manakala ada penggantinya. Lain halnya dengan perubahan
perilaku yang terjadi karena bujuka atau pemaksaan, perubahan tersebut biasanya
dapat terjadi dalam waktu yang relative singkat, tetapi lebih cepat pula
meluntur, yaitu jika pemaksaan itu dihentikan.
Gambar
1 : Proses Perubahan Perilaku
Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan
pertanian itu sebagai pendidikan diluar sekolah yang ditunjukkan kepada petani
dan keluarganya agar dapt bertani yang lebih baik, berusaha tani yang lebih
menguntungkan, demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga
dan masyarakatnya (Wiriatmadja,1976;Totok
Mardukanto dan Sri Sutarni,1981;Mardikanto,1993).
Dalam UU No.16 Tahun 2006,
dirumuskan tentang pengertian penyuluhan pertanian adalah :
Proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Terkait dengan pemahaman tersebut,
tujuan dari penyuluhan pertanian diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis
bertani (better farming), perbaikan
usaha (better business), dan
perbaikan kehidupan petani (better living).
Jika kita mengenang pemerintahan
orde baru, dalam kegiatan penyuluhan pertanian lebih banyak dilakukan dengan
pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul
gurauan : dipaksa, terpaksa, akhirnya
terbiasa. Terhadap kenyataan seperti itu, Soewardi (1986) telah mengingat kepada semua insan penyuluhan
kembali untuk menghayati makna penyuluhan sebagai proses pendidikan. Apabila
hal seperti itu di terapkan pada petani khususnya petani daerah lamongan,
secara jelas petani tidak akan mudah percaya dan bahkan tidak mau lagi
mengikuti kemauan penyuluh yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani. (helping people to help themselves)
bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan
harkatnya sebagai manusia, hal ini merupakan falsafah penyuluhan pertanian.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Factor-faktor social budaya
mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku menanggapi
karateristik masyarakat, sebagaian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut
telah diwariskan secra turun-menurun dalam kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun penyuluh menemukan suatu bentuk
perilaku yang tidak sesuai atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi
sector pertanian tapi bagi seorang penyuluh tidak mudah untuk mengadakan
perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya sebuah keyakinan yang melandasi
sikap dan perilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga komuniti tersebut.
Untuk mensejahterakan kehidupan
masyarakat dengan segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap produksi
pertanian ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para penyuluh pertanian
di Indonesia dalam upaya untuk meningkatkan keberhasilan pelayanan penyuluhan
yang mereka terapkan bagi para petani . khususnya pemahaman yang menyeluruh dan
utuh terhadap berbagai pandangan, sikap, dan perilaku petani dalam konteks
budaya masyarakat yang bersangkutan. Sangat diperlukan bagi pembentukan
strategi-srategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang di inginkan.
Penyuluh sebagai salah-satu orang
yang terdekat dengan petani, mempunyai peranan yang sangat penting dan
menentukan serta meningkatkan status ekonomi petani, khususnya kesejahteraan
petani dan keluarganya di wilayah kerjanya. Seorang penyuluh harus mampu
menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesejahteraan
petani, pelaku usaha, petani dan keluarganya. Seorang penyuluh juga harus
memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya. Agar penyuluh dapat menjalankan dan menyampaikan pesannya berupa
materi penyuluhan pertanian serta pelayanan penyuluhan dengan baik, hendaknya
penyuluh melakukan beberapa pendekatan terutama dengan pendekatan melalui
Budaya Lokal berupa Kesenian Tradisional (Kentrung)
asli daerah Lamongan.
4.2 Saran
Penyuluh
perlu mempelajari social-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi
tingkat pengetahuan petani, struktur pemerintahan, adat-istiadat dan kebiasaan
sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Lamongan.
Penyuluh
harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan petani dengan selalu
mengadakan sebuah komunikasi yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Hutomo, Saripan Sadi.1993.Cerita Kentrung Sarahwulan Di Tuban.Jakarta :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mardikanto, Totok.1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Mardikanto, Totok. 2009. System Penyuluhan Pertanian. Surakarta:
Sebelas Maret University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar